Top Social

superarmz - Cerita Kota dan Perjalanan

bercerita tentang kota dan catatan perjalanan

Featured Posts Slider

Image Slider

Thursday, July 30, 2015

Belajar Besar Dengan Berbesar Hati

Saya suka bercerita. Tapi karena tahu Saya bercerita tidak sebaik yang lain, seperti tagline Blog ini maka Saya pun juga suka mendengar cerita. Mendengar cerita dari orang lain soal hidupnya selalu berhasil menarik perhatian Saya. Karena Saya percaya setiap cerita adalah pelajaran, termasuk cerita bohong sekalipun. Mengajarkan diri Saya, untuk tidak gampang percaya. Mudah-mudahan Kita sepakat sampai disini bahwa sebuah cerita adalah pelajaran.


Layaknya sebuah pelajaran, cerita juga menawarkan tingkatan-tingkatan kesulitan di dalamnya. Pelajaran eksak tentulah tidak sama dengan pelajaran sosial. Pelajaran eksak jauh lebih sulit apalagi di dalamnya ada urusan hitung menghitung ketimbang pelajaran sosial yang sifatnya lebih banyak tulis menulis. Ya, cerita juga demikian, ada pemahaman akan pelajaran yang gampang Kita mengerti ada yang tidak. Cerita menawarkan rupa-rupa pelajaran, rupa-rupa pemahaman. Kita dibikin mudah mengerti atau tidak tahu setengah mati.



Berbesar hati adalah topik cerita kesukaan Saya sekaligus pelajaran paling sulit yang memaksa Saya untuk mengerti. Pelajaran yang hidup yang luput di ajarkan di bangku sekolah. Maka Saya pun selalu, setiap ada kesempatan, setiap ada celah, dengan orang yang berbeda, meminta untuk diajarkan lewat satu cerita tentang hidupnya dengan topik itu. Berbesar hati adalah pelajaran hidup paling sulit. Saya harap kesulitan Kita sama, maka Kita berteman selamanya. Agar setidaknya Kita selalu mencoba bersama-sama mempelajarinya lantas menerapkannya, bagaimana berbesar hati itu.


Sulit bukan berarti tidak bisa, itu yang pernah Saya dengar dari seorang teman. Lantas Saya pun mau mengatasi kesulitan itu dengan berusaha memahaminya. Berbesar hati adalah hal yang mudah untuk diceritakan tapi sulit untuk dipahami, dilakukan. Banyak yang ingin menang, tapi tak banyak yang siap kalah. Banyak yang berjuang untuk mendapat hasil yang terbaik, tapi tak banyak yang sanggup menerima hasil yang buruk. Kita siap melompat untuk terbang tapi tak siap untuk jatuh. Berbesar hati tidak mudah, benar Kita sama-sama tahu kesulitan kita. Kita sama-sama tahu berbesar hati seperti apa yang Kita maksud disini. Kita sama-sama mengerti sulitnya pelajaran yang satu ini.


Orang yang suka bercerita pastilah membaca, mendengar, melihat atau mengalami sendiri sampai ia tahu bagaimana cara bercerita yang baik dan cerita apa yang dimilikinya. Tidak ada cara lain,  berbesar hati pun demikian tampaknya. Kita tidak pernah bisa mengerti caranya berbesar hati kalau kita tidak pernah mencoba berusaha mengalaminya. Membaca cerita, mendengar dari orang lain atau melihat langsung tak cukup kuat untuk bisa menjadikan Kita paham bagaimana rasanya. Apa yang harus kita lakukan adalah belajar menerapkannya. Sulit bukan berarti tidak bisa, kata-kata teman Saya memang sakti. Kesulitan kita sama, marilah bersama-sama mengatasinya.  Pemahaman kita akan membesarkan kita, pelajaran sulit ini bisa kita pahami. Untuk semua keadaan yang menempatkan Kita dalam kondisi yang tidak kita inginkan, dalam kondisi yang tidak kita sukai, dalam kondisi yang tidak menguntungkan, mari menjadi besar dengan berbesar hati.



         
Sunday, July 19, 2015

Ternyata Ada Yang Lebih Tabah Dari Hujan Bulan Juni

Sebelumnya, Saya mau ngasitau doang, kalau : 1. Ini Bulan Juli, iya Saya tau. Terus kenapa postingannya ada Juni nya ? Yah baca ajalah dulu. 2. Ini Lebaran ketiga, 3. Saya belum minta maaf ke Kalian semua pembaca Blog ini, itu juga kalau ada yang baca sih. 4. Baiklah, Saya mohon maaf yah kalau ada salah ketik maupun salah kata pada kalian semua (masih ngotot berasa ada yang baca) sekaligus mau ngucapin Selamat Hari  Raya Idul Fitri 1436 H, Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Jangan lupa sampaikan salam Saya sama keluarga besar di rumah, sama sepupu yang cakep juga kalau bisa. 


Ada yang tau puisi 'Hujan Bulan Juni'-nya Sapardi Djoko Damono ? Yang gak tau ini Saya kutip kembali, 


Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu    


Sudah dibaca ? Bagus. Coba dibaca bait pertama sekali lagi, mantap. Nah ternyata setelah Lebaran pertama kemarin, Saya menemukan kenyataan, bahwa ternyata ada yang lebih 'tabah' dari Hujan Bulan Juni-nya Sapardi Djoko Damono. Siapapun dia, yang lebih tabah itu pasti hidupnya berat. Halah !

Jadi gini, Lebaran pertama kemarin Saya mudik ke rumah keluarga besar dari Ibu Saya di Kota sebelah, satu jam dari Kota tempat tinggal Saya. Karena dekat Saya pun memilih waktu selesai Jumatan untuk pergi kesana setelah pagi harinya terlebuh dahulu Saya datang ke Open House Pak Walikota. Alhasil Saya berangkat mudik belakangan, tapi dalam kondisi perut kenyang. Hohoho.

Jalanan ramai, Saya pun memilih santai saja sambil menikmati ramainya lalu lintas oleh para pemudik lokal. Satu jam di perjalanan, Saya tiba di Perbaungan.   Begitu turun, Saya pun langsung berlari masuk ke dalam rumah mencari yang segar-segar, karena kerongkongan udah kering gara-gara cuaca yang lumayan terik padahal itu udah hampir jam empat, lho. 

"Aaaaaah.....segar akhirnya", kata Saya dalam hati. Kegiatan pun berlanjut ke sesi salim-salim dan minta maaf ke sanak famili. Selesai semua-semuanya lanjut makan-makan enak nih, pikir Saya. Perut masih kenyang sisa makanan Open House, yaudah makan-makan kue kering ajalah. Semua kue-kue khas Lebaran tak luput dari jangkauan Saya, sampe mata Saya tertuju pada setoples telur gabus keju. Ulalalala.......

Men, enak !!!!! Yang sampe detik ini belum pernah makan telur gabus keju, mendingan pesen tiket lah ! Pesen tiket ke Zimbabwe sana terus pergi dan gausah balik-balik Indonesia lagi. Cemilan Indonesia enak gini kok gak pernah makan. Heran.

makanan orang-orang maju

Karena Saya kalap nemuin cemilan kesukaan, tanpa ba-bi-bu lagi langsung buka toples dan langsung masukin mulut terus ngunyah dengan rakus. Baru empat kali kunyahan kok tiba-tiba sisi kanan rahang kayak ada yang ngeganjel gini nih, pikir Saya. Ngerasa gak nyaman, Saya lari ke depan kaca dan beneran aja, pas buka mulut ngeliat ke barisan gigi bawah yang sebelah kanan, di belakang gigi taringnya, geraham Saya udah bolong aja gitu lho. 


HWUAAAAAAAAHHHHH !!!!!!! TAMBALAN GERAHAMKU LEPASSSS GIMANA INI HWUAAAAAAAHHH !!!!!! 


Karena panik Saya makin lama di depan cermin, sambil megang-megang bagian yang keliatan lobangnya. Gak sakit sih emang, tapi kan yah gak bisa makan. Pikiran macam-macam pun mendadak muncul di kepala.

Aduh, gimana ini mana bisa makan, lagi Lebaran pula ini gimana yah ke rumah sakit pasti dokter giginya juga gak ada. 

Padahal masih banyak makanan yang belum dicicipi kan sayang, nanti kalau ditanya kapan nikah jawabnya apa.



Wah Raisa nih ! Serba salah ! 



Dan, disisa hari kemarin pun akhirnya Saya gak makan apa-apa lagi, cuma minum doang. Cuma bisa ngeliatin makanan-makanan enak habis satu demi satu dimakani, tanpa berani ikutan makan karena takut sisa makanannya nyempil di gigi yang berlubang, bisa malah kenapa-kenapa nantinya. 
Inilah kenyataan yang Saya dapatkan, lewat pemandangan makanan yang enak-enak, ketabahan Saya sedang diuji. Di Lebaran pertama Saya akhirnya mengerti, tak ada yang lebih tabah dari orang yang lepas tambalan giginya. Saya sendiri. 











*diketik masih dalam keadaan gigi yang berlubang belum ditambal kembali* *elus-elus rahang*

Tuesday, July 14, 2015

Akhirnya Acara Ini Ada Lagi

Jadi kan dulu, sekitar dua tahun lalu Saya pernah posting disini tentang satu acara kumpul-kumpul pengguna sosial media bersama dengan Kawan-Kawan Komunitas dalam satu kegiatan pada bulan Ramadhan yakni buka puasa bersama, yang Kita beri nama #BebaskanTBG. Acaranya waktu itu sukses berat dengan peserta yang hadir melebihi target. Yang penasaran gimana serunya acara waktu itu bisa ke postingan yang berjudul #BebaskanTBG : Ajang Berkumpul dan Bertatap Muka Kawan Sosial Media 



Nah, harapannya adalah acara #BebaskanTBG ini menjadi Annual Event yang bisa memiliki kontribusi positif terhadap kemajuan social movement kota ini. Tapi apalah daya namanya juga manusia terkadang suka baper, tahun lalu pun terlewatkan tanpa digelarnya kembali acara ini. Agak sedih sih, apalagi Kita selaku Team #BebaskanTBG kan udah berusaha juga untuk menghadirkan acara tersebut, tapi yah karena masing-masing personil sedang berada pada kesibukannya sendiri kalo dipaksakan pasti hasilnya gak maksimal.

Sebelum puasa kemarin, salah seorang anggota Team #BebaskanTBG tiba-tiba menghubungi Saya dan bilang,


“Bang, Ayo kita bikin #BebaskanTBG lagi yuk Ramadhan nanti !”.


“Ayo aja sih tapi beberapa personil kan lagi gak ada di tempat nanti gak maksimal.”


“Nanti Kita ajak aja beberapa orang lagi Bang, buat ngebantuin”


“Okelah, kalo gitu ayok kita garap lagi”



Maka, konsep acara pun dibahas kembali. Kali ini lebih terorganisir dari dua tahun yang lalu. Karena beberapa Team lama bekerja di luar kota dan supaya memudahkan diskusi konsep dan pembahasan, maka Kita pun sepakat bikin Group Line. Dari Group Line lah diskusi mengenai acara serta pembagian Job Desc masing-masing disampaikan. Beberapa akun social media #BebaskanTBG pun ikut dibuat, seperti Instagram sampai Weebly. Jadilah acara kali ini Kita beri nama #BebaskanTBG 2.0.


Acara pun di gelar di awal bulan Juli Kemaren, tepatnya 5 Juli 2015, masih di venue yang sama dengan dua tahun yang lalu. Acara pada hari H sendiri berlangsung sukses secara keseluruhan meskipun ada beberapa kesalahan minor yang dilakukan oleh Panitia, yah namanya juga sambil puasa. Hahaha, tapi Kita semua senang kok dan mudah-mudahan tahun depan Kita bisa balik lagi dengan animo Kawan-Kawan yang lebih besar lagi, doakan saja. Semangat Team #BebaskanTBG !


Silahkan kunjungi akun Instagram di #BebaskanTBG 2.0 kalau mau lihat dokumentasi lengkapnya yah.

Ada berita tentang acara ini juga di Tribun Medan