Top Social

superarmz - Cerita Kota dan Perjalanan

bercerita tentang kota dan catatan perjalanan

Featured Posts Slider

Image Slider

Friday, August 14, 2015

Dari Warga Kota Mu

Berbicara tentang yang satu ini, untuk Saya akan selalu melibatkan emosi dan perasaran. Ini sama seperti, anak 90-an nonton Stand By Me Doraemon, anak socmed pada jaringan lelet, orangtua pada anak-anak ceweknya yang beranjak besar terus ngebet minta tambahan uang jajan buat beli tiket nonton DWP tahun ini sampai bela-belain bohong nginap di rumah temen, cowok pada mantan pacarnya yang jalan dengan gebetan barunya yang lebih hits, cowok-cowok pada sepak bola, cewek-cewek pada tempelan besar-besar tulisan "DISKON UP TO 70%" di etalase toko. Maka berbicara tentang Kota ini pun selalu begitu, selamanya.  

Dalam sebuah sesi pembicaraan, entah itu online ataupun offline Saya tidak ingat lagi, seorang kawan pernah berujar, "Nama Kota kita ini agak aneh ya, Tebing Tinggi. Udah tebing, tinggi lagi. Yah, namanya juga Tebing, yah pasti tinggi lah, kenapa harus diperjelas dengan tambahan kata tinggi lagi dibelakangnya, coba ? Kan jadinya mubazir.....". Saya diam saja, sambil terus mendengarkan dia berbicara. Bagi Saya tidak ada satu hal pun kenangan tentang Kota ini yang mubazir. 

Tebing Tinggi bukan kota besar. Sampai Saya punya anekdot sendiri untuk menjelaskan kepada setiap orang baru yang bertanya seluas apa kota ini. "Kalau punya motor terus mau berkeliling mengitari jalan-jalan protokolnya, cukup isi penuh minyak motor dan sebelum bensin habis Kota ini sudah terkelilingi." Sembari melihat ia tertawa dalam hati Saya menambahkan, walaupun begitu, beberapa tempat di sudut kota ini punya arti yang besar buat Saya.

Saya lahir, tumbuh dan besar di Tebing Tinggi. Rumah Saya tidak jauh dari pusat kota dan pernah dengan berbekal rasa penasaran berapa waktu tempuh dari Rumah ke Kota, Saya pun menghitungnya dan dengan hasil berikut : 5 menit kalau agak ngebut, 8 menit kalau santai. Dengan waktu yang singkat itu jauh sebelum ada Indomaret dan Alfamart, apa-apa kebutuhan yang disuruh orangtua untuk belikan yang tidak ada di warung dekat rumah, akan dengan senang hati Saya kerjakan. Karena itu berarti Saya harus mencari dan membelikannya di pusat Kota. "Asyik ! Pergi ke Kota !" 
Pergi ke Kota tidak pernah sebahagia ini. 

Sempat menuntut ilmu di perantauan, yang artinya Saya pergi sebentar dari Kota ini. Empat tahun Saya tinggalkan, memantaunya dari kejauhan, mengunjunginya hanya dua kali dalam satu tahun. Namun tidak banyak yang berubah dari di sini, semua masih sama seperti sebelum Saya tinggalkan. Sedikit bangunan-bangunan baru yang bertambah di wilayah perkotaan dan sisanya masih sama, tempat pacaran favorit Saya di SMA masih ada, jalan yang biasa Saya lalui ketika pulang sekolah untuk pindah angkot masih penuh dengan jualan dan dengan penjual yang sama. Terhadap kota ini, hati Saya akan selalu sama. 

Sekarang Saya kembali ke kota ini. Memasuki tahun kedua bagi Saya sejak pertama kali Saya mulai bekerja. Geliat kota ini dapat Saya rasakan walaupun perlahan. Masih setia mengamati pergerakan demi pergerakan di kota ini. Masih suka tersenyum sendiri saat melewati tempat-tempat yang mengingatkan Saya akan kenangan yang pernah tercipta disitu. Masih suka dengan semua yang ada di dalamnya. Tahun ini Tebing Tinggi berulang tahun yang ke-98, tepatnya 1 Juli kemarin. Sungguh terlambat memang untuk memberikan ucapan apalagi kado, tapi Saya tahu tidak pernah ada kata terlambat untuk berbuat sesuatu bagi Kota ini.