Top Social

superarmz - Cerita Kota dan Perjalanan

bercerita tentang kota dan catatan perjalanan

Featured Posts Slider

Image Slider

Sunday, December 20, 2020

Di Bukit Mari, Menu Makan Siang Sederhana Pun Terasa Istimewa


Sejak dirumah, Saya sudah mengingatkan kalau ingin mengajak keluarga untuk menikmati  tempat wisata di seputar Kabupaten Karo, tempat Saya setiap akhir pekan menghabiskan waktu. Maka, Saya pun meminta agar istri memasak dari rumah, membawanya sebagai bekal, serta perlengkapan makan dan minum, karena ingin menikmati makan siang di tempat wisata. Dimanapun itu nantinya, yang penting dibawa saja dulu. Begitu kira-kira rencana Saya.


Waktu menunjukkan pukul 09.15 WIB saat Kami tiba di Danau Lau Kawar, hujan gerimis menemani sepanjang perjalanan, Ini adalah hal biasa tentu saja, karena semakin ke akhir tahun intensitas hujan semakin tinggi di seputaran Gunung Sinabung. Saya sudah lama tidak mengunjungi Danau Lau Kawar, kali pertama ketika lajang yang dengan lincahnya selalu bepergian tiap akhir pekan dan kali kedua saat ini, bersama dengan keluarga kecil Saya. Kabut tipis bermunculan lembut dari permukaan air danau, menambah suasana spesial pagi itu, menyapa dan menyambut kami yang sedang bersantai di tepi, ditemani Pop Mie kami menikmati momen sambil mengabadikannya dari balik lensa kamera.


Puas beraktifitas di pinggiran danau, entah kenapa mata tergerak melihat sekeliling dan rasa penasaran menghampiri, ada sejumlah pondokkan kecil terlihat di kejauhan pada sisi bukit yang lebih tinggi di sekitar kawasan Danau Lau Kawar. Saya mengingat kembali kenangan pertama kali kesini, dan tidak…Saya tidak pernah menjangkau area itu. Aha….. Sepertinya menarik. Ya ! Saya mau naik ke atas sana.



Kami pun segera bergegas menuju ke parkiran mobil untuk beranjak dari tepi Danau menuju ke deretan pondok kecil di atas bukit. Perjalanan mendaki pun kembali berlangsung sekitar 10 menit dari bawah ke atas. Tempat dimana ada pondok kecil berderet dengan pemandangan mengarah ke Danau. Jalanan menuju ke puncak berupa aspal kasar yang sudah berlubang, bercampur tanah dan kerikil. Sebaiknya berhati-hati saat mengendarai mobil menuju ke atas. Jangan lupa konsentrasi dan pelan-pelan, mengingat curamnya jalan dan kontur permukaannya yang sudah tidak mulus. Tapi tenang saja, semua itu akan terbayar lunas ketika berada di atas. Atau setidaknya itu yang Saya rasakan.


 

Bukit Mari Lau Kawar, begitu nama tempat itu mereka menyebutnya. Kita dapat dengan jelas membacanya dari spanduk yang terbentang di depan akses masuknya. Saat datang, Saya adalah tamu pertama. Seorang anak muda menghampiri mobil Saya dan memberikan instruksi untuk mengambil tempat parkir yang telah disediakan. Selesai Saya memarkir mobil, mematikan mesin dan kami pun turun. anak muda tadi mendekati Saya dan menyodorkan secarik kertas, yang ternyata merupakan tiket masuk ke tempat ini.



Sebentar Saya amati, kemudian kaget tapi berusaha untuk tidak terlalu keliatan karena ya ampun sangat murah sekali untuk bisa berada disini. Terlebih lagi tiket tadi juga termasuk untuk akses gratis menggunakan pondok dan kursi yang ada di tempat ini. Waaaaaw senangnya………. Saking girangnya Saya bersama istri pun setengah berlari menuju pondok yang lokasinya paling strategis untuk kami tempati. Bukit Mari adalah tempat yang indah dan memanjakan mata. Menikmati pemandangan dari Bukit Mari menuju ke Danau Lau Kawar, area perbukitan serta ladang warga setempat seperti rasanya semua masalah dalam hidup ini seketika menguap hilang. Sepi. Asri. Sejuk. Tenang. Oh indahnya….. Keadaan ini membuat Saya dalam hitungan detik menyukai tempat ini. Favorit sekali.



Kami menikmati bersantai dan bercerita di salah satu pondok di Bukit Mari hingga tiba jam makan siang. Tidak berlama-lama lagi, segera bekal makan siang yang telah dibawa langsung dikeluarkan. Benar, Bukit Mari Lau Kawar adalah lokasi makan siang paling indah yang pernah Saya dapatkan. Menu makan siang kami sederhana saja, namun tempat yang tinggi, pemandangan yang indah, udara yang sejuk dan orang-orang yang tersayang menjadikan sambal telur bulat dan bihun goreng dengan nasi menjelma menjadi menu paling enak yang pernah kami santap. Sampai tambah-tambah ! Hahahaha.


Selesai makan dan kekenyangan, Saya tak lupa mengambil foto keindahan tempat ini. Sembari juga bercerita kepada anak muda yang membantu parkir tadi, yang ternyata pengelola tempat ini. Kami berkenalan, Edi Suranta Depari namanya. Dia begitu semangat bercerita tentang keindahan tempat ini, sambil sesekali tersenyum, karena melihat Saya tertarik dengan ceritanya.


“Ini Bang, udah sering ku posting di Facebook. Biar banyak orang datang kemari lagi. Sejak Corona kan lama sepi tempat ini Bang. Orang gak ada yang jalan-jalan” ujarnya, menjelaskan.

       


“Iya Bang, harus itu biar orang tahu dan viral. Kan rame yang datang” Saya menyemangati”.

Dia juga menjelaskan kalau di Bukit Mari, mereka juga mempersilahkan untuk berkemah. Bilamana ada muda-mudi yang ingin bermalam disitu sambil menikmati kawasan Danau Lau Kawar.


“Aman kok bang, aman. Kan kami jaga” Dia menambahkan.


Selepas mengobrol, tak lupa Saya meminta berfoto bersama sebagai bukti kalau Kami udah Bro sekarang. Hehehe. Tak lupa kami juga bertukar kontak. Jadi kalau datang lagi, bisa langsung booking pondok, jaga-jaga manatau rame dan gak kebagian. Soalnya ingin makan siang disana lagi. Hahaha.  


 

Waktu menunjukkan pukul 14.30 WIB saat kami beranjak dari tempat itu, masih tidak ada mobil lain yang datang. Saya melihat bang Edy sedang menyapu pondok-pondok nya agar tetap bersih dari sampah dedaunan. Tak lupa Saya berpamitan dengan bang Edy, dan mendoakan agar tempatnya ramai kembali. Seperti juga semua para masyarakat dan orang-orang lainnya diluar sana yang menggantungkan hidupnya melalui objek wisata, ternyata pandemi ini begitu berdampak kepada semua lapisan masyarakat. Pun bagi mereka yang hidup di kaki gunung, jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota.

 

Sampai ketemu lagi, Bukit Mari !