Top Social

superarmz - Cerita Kota dan Perjalanan

bercerita tentang kota dan catatan perjalanan

Tuesday, November 24, 2020

Kabanjahe Adalah Destinasi Mingguan Menuntaskan Rindu (Bagian I)

Foto oleh : Junida Rufinna Meliala


Kalau rindu bisa berwujud, dia pastilah menjelma dalam bentuk yang berbeda-beda pada setiap orang. Satu waktu dia akan menjadi sosok yang kejam dan bengis menyiksa orang yang ingin segera bertemu dengan yang disayang tapi tak bisa karena kendala jarak. Di waktu lain dia akan menjadi sosok yang cengeng dan sensitif, gampang menangis bersama dengan mereka yang kerap mengingat masa lalu, entah itu senang atau sedih. Tapi bagi Saya, rindu sepertinya akan menjelma menjadi Milo. Iya, Milo. Cokelat bubuk dari Nestle favorit kita semua. Karena apa ? Karena rindu memberikan Saya energi untuk menang tiap hari. Halah.


Gagal puitis.


Rindu bagi Saya serupa Milo, yang memberikan kekuatan untuk memotivasi diri agar terus kuat menghadapi hari-hari tanpa anak dan istri setiap hari pada weekdays, dan menyemangati diri Saya untuk selalu mempersiapkan waktu, mengerjakan tugas-tugas kantor sebaik-baiknya, karena weekend adalah momen dimana Saya bisa bertemu mereka merayakan waktu bersama dan mencegah distraksi lainnya. Layaknya Milo, memberikan energi untuk saya bisa menang menjalani hari-hari. Walaupun pada praktiknya Saya jarang minum Milo sekarang, karena anak Saya juga suka Milo jadi stok Milo lebih banyak dihabiskan olehnya. Milo benar-benar berjasa untuk keluarga kecil kami.


Narasi yang aneh, iya Saya tahu. Tolong jangan benci.


Menjadi anak kemaren sore dalam menjalani Long Distance Marriage tentunya membuat Saya minim pengalaman dan meraba-raba. Oleh karena itu apabila tulisan ini dibaca oleh kalian yang mungkin durasi Long Distance Marriage nya sudah diatas Saya, yang baru semingguan lebih dikit ini, Saya pun ingin merapak sembah setinggi-tinggi tahniah, mohon bimbingan anak baru ini, jangan di-bully. Jadi kira-kira begini, Karena SK mutasi, tempat kerja istri berpindah yang sebelumnya satu kota dengan Saya, menjadi beda kota. Saya masih disini, dan dia di Kabanjahe.


Iya, Kabanjahe. Dingin.


Setelah, dua minggu sebelumnya berhasil mendapatkan tempat tinggal di Kabanjahe melalui survei langsung ke lokasi sekitar calon kantor Istri, minggu lalu Kami pun sukses beramai-ramai mengantarkan mereka. Istri, anak, dan kakaknya Mamak yang nanti bakalan momong anak Saya ketika Umma-nya bekerja di Kabanjahe. Resmi pulalah Saya mendapat status ini, memulai menjalani hidup LDMMVMM – Long Distance Miss You Very Much Marriage dan memulai akhir pekan pertama Saya dengan menempuh perjalanan dengan angkutan umum menuju destinasi mingguan menuntaskan rindu ini.


Tjieeeeeeee…..


Perjalanan sore itu dimulai dengan menunggu di pinggir jalan raya, simpang menuju rumah dengan diantar oleh adik laki-laki Saya. Berharap mendapat bis atau angkutan umum kecil untuk dapat menuju Medan dari Kota tempat tinggal Saya, Tebing Tinggi. Mana yang duluan lewat, itu yang akan saya naiki. Saya sengaja memilih ke Kabanjahe melalui Kota Medan tidak lewat Pematang Siantar, dikarenakan dua perjalanan sebelumnya ke Kabanjahe sewaktu mengantar istri kesana, via Pematang Siantar-Simalungun-Karo, sejumlah ruas jalan di kawasan Simalungun rusak parah dan berlubang besar-besar. Sangat membahayakan dan tentunya tidak akan menimbulkan rasa nyaman selama perjalanan. Selain itu angkutan penumpang yang melewati rute sana sepertinya masih kalah bagus dibanding yang dari Medan. Karena Saya juga baru pulang kerja dan tentunya sebagian besar waktu di jalan nanti akan Saya habiskan dengan tertidur. Kemulusan jalan dan kenyamanan angkutan umum menjadi pertimbangan utama Saya di dalam perjalanan ini.


Eh…..Kok ? Gaya penulisannya berubah ni, kek Travel Blogger….


Dari Tebing Tinggi tidak ada angkutan umum langsung ke Kabanjahe, mau via Pematang Siantar ataupun Medan. Artinya Saya akan dua kali ganti bis, dari Tebing Tinggi ke Medan, dari Medan Ke Kabanjahe. Sebuah bis berkelir kuning berhenti, tertulis BAYU Trans, karena tak ingin menunggu lebih lama Saya naik dan penumpang didalamnya hanya tiga orang termasuk Saya. Bis kembali melaju, meninggalkan Kota Tebing Tinggi dan segera Saya memberi kabar kepada yang menanti bahwa saya telah OTW.  Sesaat mendekati persimpangan menuju Pintu Gerbang Tol Tebing Tinggi-Medan, tiba-tiba Supir Bus memecah keheningan dengan berkata,


”Jalan biasa macet ini pasti, apalagi daerah Jembatan Sei Bamban itu, kita lewat tol aja yah, dariku dua puluh ribu, kelen sepuluh ribu satu orang lah ya, bisa ?”


Saya yang masih terjaga dengan baik langsung membalas, “Oke, Bang. Yang lain cemana ?”


Mata ini langsung menuju pada dua orang penumpang lainnya, tidak bersuara tapi mereka hanya mengangguk, memberi tanda setuju.


“Sip, gaskan Bang!” Saya bersemangat.


Mobil meraung kencang memasuki Gerbang Tol. Segera setelahnya Saya tertidur.


Oh nikmatnya…


Satu jam ternyata tidak terasa di alam bawah sadar, bangun-bangun sudah di Pintu Keluar Tol Amplas. Duduk di panggir parit, terkulai lemas, pasrah, dehidrasi, isi dompet raib. Mau teriak minta tolong tapi suara habis.


LHO KOK JADI BEGINI CERITANYAAAAA !!!!! INI CERITA SIAPA SIKKKKK !!! WOYYYY !!!


Maksudnya itu ya sudah di Pintu Keluar Tol Amplas, tapi masih di dalam bis, masih dalam suasana ngumpulin nyawa, sambil mikir habis ini mau naik Almasar sebaiknya nunggu dimana yah, begitu kira-kira benernya.


Sejak awal Saya memang merencanakan untuk memilih Almasar sebagai mini bus langganan Saya nantinya untuk ke Kabanjahe. Almasar dengan rute Bandara Kualanamu – Medan – Kabanjahe. Alasannya tak lain dan tak bukan karena shuttle bus dari bandara ini busnya bagus, bersih dan ada AC-nya. Cocoklah dengan standar kenyamanan Saya (baca:bisa tidur nyenyak sampai tujuan). Maka detik ini pun Saya  mau self-proclaimed sebagai, Pecinta Almasar Akhir Pekan.


Suatu hari, tolong beri Saya tiket gratis. Plis…. 


Saya akhirnya memutuskan untuk diturunkan di Simpang Marendal saat itu waktu menunjukkan pukul 18.05 WIB, berharap bisa mencegat Almasar disini, karena Almasar yang menuju Kabanjahe dari Bandara Kualanamu pasti melewati Simpang Marendal ini menuju Simpang Pos dan berbelok kiri ke Jl. Jamin Ginting terus hingga sampai ke Kabanjahe.


Sedikit berjalan kaki tepat di depan Swalayan Maju Bersama Saya pun berdiri menunggu Almasar lewat.   Lima belas menit Saya menunggu, sebuah minibus merah khas dengan cutting stiker Mr. No Comment dibawahnya tertulis rute, KUALANAMU – MEDAN – KABANJAHE muncul di antara padatnya jalanan oleh kendaraan. Ini dia kereta kencana Saya, Almasar. Saat itu posisi bis memang agak di tengah dan  kebetulan saat itu sedang jamnya ramai lalu lintas.  Saya pun bersiap untuk menyetop agar bis berhenti.


Namun ternyata untung tak dapat diraih, malang jauh dari sini. Teman Saya ada yang bernama untung, tapi dia juga tidak membantu saat ini. Sesaat sebelum melintas di depan Saya, bus tidak mengurangi kecepatan dan memberikan lampu tangan berhenti. Bus melenggang pergi. Saya cuma bisa bengong dengan tampang bodoh. Tidak percaya dengan pemandangan yang baru saja Saya saksikan. Padahal, Saya bisa melihat dengan jelas dan melalui mata kepala Saya sendiri, bukan orang lain kalau bis ini kosong. TIdak penuh. Sekali lagi tidak penuh. Apa yang terjadi, pemirsaaaaaaah !!! Beragam pertanyaan langsung hadir,


“Kenapa bis ini tidak berhenti ??”


“Apakah bis ini tidak ingin mengangkut penumpang ?”


“Kalau bukan penumpang apa yang biasa bis ini angkut?”


“Wajarkah sebuah bis menolak mengangkut penumpang?”


“Apakah supir bis menganggap Saya tidak punya duit”


“Apakah Saya ditolak menjadi Pecinta Almasar Akhir Pekan ?


Padahal itu kan masih dalam pikiran Saya. Berbagai spekulasi datang dan pergi di benak ini. Karena tidak tahan dengan ini semua, Saya pun pesan Gojek.


Bersambung....

 


Be First to Post Comment !
Post a Comment