Top Social

superarmz - Cerita Kota dan Perjalanan

bercerita tentang kota dan catatan perjalanan

Saturday, January 3, 2015

Raditya Dika & Bene Dion adalah koentji

sumber : Google
Beberapa hari yang lalu sebelum pergantian tahun, Saya mengetahui Teman lama Saya sedang pulang kampung, kembali ke kota ini. Bukan teman akrab, tapi Saya tahu dalam satu dua hal ketertarikan Kami sama, atau begitulah setidaknya yang dapat Saya temukan. Setelah lama merantau dan sukses di kota orang, pada akhirnya Saya berkesempatan untuk duduk satu meja dengannya. Ia adalah orang dari masa kecil Saya, masa – masa bersekolah dulu. Lama tidak berjumpa membuat Saya ingin berbagi banyak hal dengannya, ingin berdiskusi dengannya tentang hal – hal yang sempat menjadi ketertarikan Saya pada masa lalu. Lebih jauh lagi, Saya ingin belajar. Saya ingin belajar, mencoba menggali apa yang  telah Ia dapatkan lebih banyak dari sana, mencoba mencuri ilmu sedikit-sedikit.

Bene, namanya. Lengkapnya Bene Dion. Lebih lengkapnya lagi Bene Dionysius Rajagukguk. (kotengok itu njeng, masik hapal Aku kan ! followers mu aja belum tentu !) Bene adalah seorang teman, satu dari sejumlah lingkaran pertemanan lama yang untungnya masih bertahan. Dan seperti juga remaja-remaja saat ini yang besar dengan tulisan – tulisan dari Imam Besar Raditya Dika, yang buku – bukunya menjadi mazhab bagi anak - anak gaul se - antero negeri ini, sehingga apapun yang Dia kicaukan, lakukan dan katakan, menjadi tren di Indonesia, Kami pun demikian adanya, mengidolai Raditya Dika dan menjadikannya sebagai role model.  

Tak ayal, remaja – remaja seperti Saya pun-pada masa itu, berlomba – lomba membuat blog pribadi (untuk dedek-dedek gemes yang belum tahu Kak Radith itu terkenal lewat blog yah, bukan Twitter), ikut menuliskan cerita hidup, mencurahkan serangkaian kisah sedih, haru biru, riang gembira, gundah gulana, linglung, bingung, hantu blau apapun namanya dan dikemas dengan tambahan unsur komedi, lewat media online tersebut. Indikatornya jelas, makin banyak yang mampir di blog Saya, makin banyak yang baca cerita Saya yang berarti Saya harus menulis sebaik mungkin. Mimpi menjadi terkenal dan populer suatu hari, pelan – pelan terbentuk di dalam otak Saya, mengendap, berwujud dan berkumpul menjadi secercah harapan. Seperti kebanyakan minum tuak, Saya mabuk.


Raditya Dika memang tuak bagus.


Maka, selain disibukkan dengan PR Saya pun punya kesibukan lain yakni menulis untuk blog pribadi lantas kemudian di publish di laman Blog yang biasa disebut nge-blog. Karena pada masanya, akses internet tidak semudah seperti sekarang ini, maka Saya pun harus rela bersama dengan Kawan-Kawan se-visi pada saat itu, mengurangi porsi jajan di kantin, menyisihkan sisanya, pergi ke warnet yang isinya sebagian besar orang – orang bermain game online, nge-blog, dan akhirnya kenak libas mamak karena pulang telat ke rumah.


Raditya Dika memang kimbek.



*****




“Udah, kau nge-blog aja lagi.”


Bene memang pukilek.


Bisa-bisanya menanggapi cakap Saya sesingkat itu, padahal Saya sudah bela-belain bicara sampai air ludah kering. Ingin rasanya mengunfollow Twitternya tapi tidak jadi karena sekali saja mention Saya dibalas olehnya, pasti linimasa Saya langsung ramai, cun kali ah. Tapi rupanya tidak, Saya berbohong kok. Saya memang cerita banyak  tentang pekerjaan, kehidupan, pemikiran dan harapan-harapan Saya di masa depan pada malam itu ketika bertemu di cafe paling hits di sini, tapi enggak soal asmara. Sebuah cerita yang seharusnya berdurasi lama namun Saya resume menjadi 30 menit saja yang ternyata memang betul menjadi kontributor utama dalam habisnya air ludah.


Bene tidak meper-meper.


Mantap, Singkat dan jelas, Saya tahu betul ke arah mana Saya dituntun. Dan, Saya untung betul tidak harus mentraktir Bene. Saya pun menyadari pada akhirnya, ternyata kepenatan – kepenatan yang Saya rasakan seperti ini selama ini tidak menemui titik terang karena Saya menyimpannya dalam diam, tidak bertindak. Saya buka kembali laman blog Saya, tercatat Agustus 2013 Saya terakhir kali menulis.

Saya sudah bekerja sejak setahun terakhir yang artinya sejak mulai bekerja Saya tidak pernah memposting apapun di laman blog Saya. Sebegitu membosankan kah kehidupan Saya, ketika Saya telah bekerja ? Tidak juga. Lewat Bene Saya belajar pentingnya memberikan ruang untuk diri sendiri, membebaskan diri untuk menjadi apapun. Satu hal yang Saya sadari dan ini nyata, Saya harus kembali menulis. Bercerita apa saja yang menarik hati Saya. Minimal untuk diri sendiri.

Ini adalah tahun yang baru, tahun yang seperti semua orang harapkan akan menjadi tahun dimana semua resolusi – resolusi yang telah susah payah mereka buat akan dapat terwujud. Walaupun tidak akan semuanya dapat tercapai, seenggaknya akan ada tahun baru berikutnya untuk mewujudkan sisanya. Saya sendiri agak berbeda dari biasanya, kali ini tidak mematok suatu pencapaian apapun di tahun ini, hanya berusaha berbuat yang terbaik setiap hari. Sesederhana menjadi orang pertama di parkiran kantor setiap hari, itu saja.

Tujuh tahun telah berlalu sejak membuat blog pertama Saya, menulis berbagai macam hal yang menarik perhatian Saya dan tahun ini, resmilah blog ini memasuki tahun kedelapan, menjadi saksi perjalanan hidup dan postingan ini adalah postingan pertama Saya di tahun 2015, masih mendapat kendala yang sama dalam konsistensi menulis sampai saat ini. Semoga berusaha berbuat terbaik setiap hari, termasuk juga dalam rutin mengupdate postingan terbaru Saya disini.


Semoga. 
Be First to Post Comment !
Post a Comment