Top Social

superarmz - Cerita Kota dan Perjalanan

bercerita tentang kota dan catatan perjalanan

Thursday, September 3, 2015

Landmark Yang Tak Kenal Menyerah

Ini adalah cerita tentang semangat. Semangat yang tak akan ada habisnya. Semangat yang tak kenal kata menyerah. Mari berkenalan kepadanya, Kawan. Siapa alasan dibalik itu. Tersebutlah sebuah Kota di Provinsi Sumatera Utara, yang luas wilayahnya  38,438 km2 kecil dan hanya 0,05% dari total luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Sebuah Kota kecil bernama Tebing Tinggi.


Maka saat berkunjung ke Kota ini apa yang kau dapati, Kawan ?
  
Tak usah khawatir, Aku akan menceritakan landmark Kota ini, Tugu 13 Desember. Sehingga, ketika berkesempatan mengunjungi Kota ini, Kau tak akan melewatkan yang satu ini. Sebuah simbol dan penanda, bahwa masyarakat Kota ini tak pernah mengenal kata menyerah.


Foto : Dokumentasi Pribadi

Tugu 13 Desember dibangun sebagai pengingat bahwa, 70 tahun yang lalu tepatnya tanggal 13 Desember 1945, bahkan setelah Indonesia memekikkan kata ”Merdeka !”, masih terjadi pertumpahan darah antara bangsa ini dengan penjajah. Bahwa Jepang, telah melakukan melakukan pembantaian besar-besaran (genosida) kepada masyarakat Kota ini.



“Seorang Sejarawan berkisah, pada 13 Desember 1945 sekira pukul 09.00 WIB pagi, Wakil Pemerintah RI Wilayah Siantar, Tuan Maja Purba dan kawan-kawan datang ke kota Tebing Tinggi guna membahas kekosongan kekuasaan di Kota tersebut. Saat itu, tentara Jepang berdiam di kota Tebing Tinggi dan di awali dengan hilangnya empat orang perwira Jepang setelah adanya perundingan antara pihak Indonesia dengan Jepang. Penculikan ini tidak diketahui oleh para pemuda dan menurut penyelidikan oleh orang kepercayaan, bahwa ini dilakukan oleh NICA untuk mengeruhkan suasana, Jepang meminta pertanggungjawaban dari Pemuda tetapi karena pemuda Indonesia tidak dapat menerima permintaan jepang Sebanyak 1200 tentara jepang dikerahkan dan pertumpahan darah pun tak terelakkan.


Dalam waktu singkat, Kota Tebing Tinggi sudah dikuasai tentara Jepang dan pertumpahan darah pun tidak dapat terelakkan. Setelah membantai para pemuda, tentara Jepang melakukan operasi penangkapan terhadap para pemuda pejuang. Salah satu yang ditangkap yaitu Raden Mas Deblod Sundoro, dibunuh dan mayatnya ditemukan tiga hari kemudian di pinggir Sungai Bahilang. Tindakan penculikan sekaligus pembunuhan ini mendatangkan reaksi dari pemuda pejuang Pematang Siantar, Sei Berong, Sei Rampah dan Dolok Masihul. Bantuan yang datang dari Dolok Masihul sebelum masuk Kota Tebing Tinggi sudah dihalang tentara Jepang di Titi Gantung, sehingga banyak pemuda pejuang yang tewas dan hanyut ke sungai. Akibat peristiwa itu, diperkirakan pejuang dan masyarakat yang gugur berkisar 1.500 hingga 3000 orang.Jumlah totalnya tidak dapat dipastikan karena banyaknya ditemukan makam-makam tak bernama serta tulang belulang manusia yang bertumpuk di dalam satu lubang dan dikubur secara asal.”



Aku percaya, bahwa Tugu 13 Desember adalah pengingat bagi masyarakat Kota Tebing Tinggi bahwa kemerdekaan adalah hal yang patut diperjuangkan dan menyerah bukanlah sebuah pilihan. Tugu 13 Desember terletak di pusat Kota, agar memudahkan siapa saja yang melewatinya ataupun mungkin yang sedang berkunjung ke Kota ini, untuk dapat melihat kemudian merasakan bagaimana semangat pantang menyerah yang ditunjukkan Kota ini. Bahwa generasi muda Kota ini harus selalu belajar bagaimana mengisi kemerdekaan Negara ini  lewat perannya sebagai warga Kota, membangun dan menjaga Kota ini.


Foto : Dokumentasi Pribadi
Dan akhirnya Kita pun bersama-sama sepakat tentang ini Kawan, “Mungkin diantara Kita semua, ada yang sedang berusaha menarik perhatian gebetan yang ditaksir, supaya mau jalan berduaan. Ada yang sedang sibuk mencari pekerjaan, dari satu jobfair  ke jobfair lainnya. Ada yang sedang mengumpulkan uang untuk bisa segera melamar pacarnya. Ada yang kesana kemari mengejar Dosen Pembimbing agar revisi dan skripsi cepat selesai. Begitu juga dengan hal-hal lainnya yang sedang Kita usahakan, Kita perjuangkan. Yakinlah, apapun yang sedang Kita lakukan saat ini, perjuangan yang tidak mengenal kata menyerahlah yang Kita butuhkan Kawan. Karena pada saatnya nanti, itulah yang akan menjadi penanda atas perjuangan Kita. Landmark yang telah kita bangun di dalam diri yang bernama pantang menyerah. ” 




Aku pun demikian, atas semua mimpi-mimpiku.
2 comments on "Landmark Yang Tak Kenal Menyerah"
  1. Baguuus tulisannya, Mas Ary... Aku kangen kamu, Mas. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih Kak ! :)

      Sudah lama tidak bersua yah Kak. Saya juga sudah lama tak ke Jawa.....

      Delete