Ini adalah cerita tentang
semangat. Semangat yang tak akan ada habisnya. Semangat yang tak kenal kata
menyerah. Mari berkenalan kepadanya, Kawan. Siapa alasan dibalik itu.
Tersebutlah sebuah Kota di Provinsi Sumatera Utara, yang luas wilayahnya 38,438 km2 kecil dan hanya 0,05%
dari total luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Sebuah Kota kecil bernama
Tebing Tinggi.
Tak usah khawatir, Aku akan menceritakan landmark Kota ini, Tugu 13 Desember. Sehingga, ketika berkesempatan mengunjungi Kota ini, Kau tak akan melewatkan yang satu ini. Sebuah simbol dan penanda, bahwa masyarakat Kota ini tak pernah mengenal kata menyerah.
Maka saat berkunjung ke Kota ini
apa yang kau dapati, Kawan ?
Tak usah khawatir, Aku akan menceritakan landmark Kota ini, Tugu 13 Desember. Sehingga, ketika berkesempatan mengunjungi Kota ini, Kau tak akan melewatkan yang satu ini. Sebuah simbol dan penanda, bahwa masyarakat Kota ini tak pernah mengenal kata menyerah.
Tugu 13 Desember dibangun sebagai
pengingat bahwa, 70 tahun yang lalu tepatnya tanggal 13 Desember 1945, bahkan
setelah Indonesia memekikkan kata ”Merdeka !”, masih terjadi pertumpahan darah
antara bangsa ini dengan penjajah. Bahwa Jepang, telah melakukan melakukan
pembantaian besar-besaran (genosida) kepada masyarakat Kota ini.
“Seorang Sejarawan berkisah, pada 13 Desember 1945 sekira pukul 09.00
WIB pagi, Wakil Pemerintah RI Wilayah Siantar, Tuan Maja Purba dan kawan-kawan
datang ke kota Tebing Tinggi guna membahas kekosongan kekuasaan di Kota
tersebut. Saat itu, tentara Jepang berdiam di kota Tebing Tinggi dan di awali
dengan hilangnya empat orang perwira Jepang setelah adanya perundingan antara
pihak Indonesia dengan Jepang. Penculikan ini tidak diketahui oleh para pemuda
dan menurut penyelidikan oleh orang kepercayaan, bahwa ini dilakukan oleh NICA
untuk mengeruhkan suasana, Jepang meminta pertanggungjawaban dari Pemuda tetapi
karena pemuda Indonesia tidak dapat menerima permintaan jepang Sebanyak 1200
tentara jepang dikerahkan dan pertumpahan darah pun tak terelakkan.
Dalam waktu singkat, Kota Tebing Tinggi sudah dikuasai tentara Jepang
dan pertumpahan darah pun tidak dapat terelakkan. Setelah membantai para
pemuda, tentara Jepang melakukan operasi penangkapan terhadap para pemuda pejuang.
Salah satu yang ditangkap yaitu Raden Mas Deblod Sundoro, dibunuh dan mayatnya
ditemukan tiga hari kemudian di pinggir Sungai Bahilang. Tindakan penculikan
sekaligus pembunuhan ini mendatangkan reaksi dari pemuda pejuang Pematang
Siantar, Sei Berong, Sei Rampah dan Dolok Masihul. Bantuan yang datang dari
Dolok Masihul sebelum masuk Kota Tebing Tinggi sudah dihalang tentara Jepang di
Titi Gantung, sehingga banyak pemuda pejuang yang tewas dan hanyut ke sungai. Akibat
peristiwa itu, diperkirakan pejuang dan masyarakat yang gugur berkisar 1.500
hingga 3000 orang.Jumlah totalnya tidak dapat dipastikan karena banyaknya
ditemukan makam-makam tak bernama serta tulang belulang manusia yang bertumpuk
di dalam satu lubang dan dikubur secara asal.”
Aku percaya, bahwa Tugu 13
Desember adalah pengingat bagi masyarakat Kota Tebing Tinggi bahwa kemerdekaan
adalah hal yang patut diperjuangkan dan menyerah bukanlah sebuah pilihan. Tugu
13 Desember terletak di pusat Kota, agar memudahkan siapa saja yang melewatinya
ataupun mungkin yang sedang berkunjung ke Kota ini, untuk dapat melihat
kemudian merasakan bagaimana semangat pantang menyerah yang ditunjukkan Kota
ini. Bahwa generasi muda Kota ini harus selalu belajar bagaimana mengisi
kemerdekaan Negara ini lewat perannya
sebagai warga Kota, membangun dan menjaga Kota ini.
Dan akhirnya Kita pun
bersama-sama sepakat tentang ini Kawan, “Mungkin diantara Kita semua, ada yang
sedang berusaha menarik perhatian gebetan yang ditaksir, supaya mau jalan
berduaan. Ada yang sedang sibuk mencari pekerjaan, dari satu jobfair
ke jobfair lainnya. Ada yang
sedang mengumpulkan uang untuk bisa segera melamar pacarnya. Ada yang kesana
kemari mengejar Dosen Pembimbing agar revisi dan skripsi cepat selesai. Begitu
juga dengan hal-hal lainnya yang sedang Kita usahakan, Kita perjuangkan. Yakinlah,
apapun yang sedang Kita lakukan saat ini, perjuangan yang tidak mengenal kata
menyerahlah yang Kita butuhkan Kawan. Karena pada saatnya nanti, itulah yang
akan menjadi penanda atas perjuangan Kita.
Landmark yang telah kita bangun di dalam diri yang bernama pantang
menyerah. ”
Aku pun demikian, atas semua mimpi-mimpiku.
Baguuus tulisannya, Mas Ary... Aku kangen kamu, Mas. :(
ReplyDeleteterima kasih Kak ! :)
DeleteSudah lama tidak bersua yah Kak. Saya juga sudah lama tak ke Jawa.....