"Ma, besok bangunkan pagi-pagi ya. Mau kejar kereta ke Medan."
"Yaudah, kalau gitu tidur jangan malam-malam...."
Pagi itu sengaja Aku minta di bangunkan lebih awal dari biasanya. Informasi sehari sebelumnya yang kuterima mengharuskan agar Aku sudah berada di Kampus sebelum pukul 08.30. Tidak ada cara lain, pagi itu kupilih menumpang kereta paling pagi menuju Kota sebelah. Ibukota provinsi Sumatera Utara, tempat beberapa hal yang tidak ada di Kotaku, tapi ada di sana.
Permohonan izin pun kulayangkan lewat telepon memohon kepada atasan agar berkenan memberikan izin untuk tidak masuk kantor hari itu. Dengan terlebih dahulu menjelaskan kepadanya bahwa urusan Kampus ku kali ini sangat penting dan tidak dapat dielakkan, sambil kutambahkan kepadanya bahwa tidak ada pekerjaan mendesak yang sedang kukerjakan yang harus diselesaikan hari itu, Beliau pun mengizinkan.
Biasanya, Aku tidak pernah menumpang kereta ini ketika weekday, hanya ketika weekend saja saat sedang ingin. Sementara pekerjaanku tidak menuntut ku untuk mengejar kereta setiap harinya karena jarak rumah dengan kantor yang tidak begitu jauh membuatku cukup mengendarai sepeda motor saja untuk sampai ke tempat bekerja. Namun pagi itu tidak ada pilihan lain, satu-satunya transportasi yang masuk akal bagiku adalah kereta api. Karena selain waktu perjalanannya yang pas juga tidak ada resiko kemacetan di perjalanan yang mesti dikhawatirkan.
Pagi itu tepat pukul 05.15 tibalah Aku di Stasiun, lebih cepat dua puluh menit dari jadwal keberangkatan kereta. Segera menuju ke loket penjualan tiket, memesan satu untuk diri sendiri, sesudahnya langsung menuju jalur 2 tempat keretaku sudah menunggu.
Tak menunggu lama, Aku langsung naik ke dalam kereta dan ternyata suasana di dalam kereta sudah ramai. Hampir semua kursi-kursi telah penuh diisi oleh orang-orang yang berpakaian rapi, sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Karena biasanya Aku menaikinya ketika weekend, aku tidak akan menyangka keadaan kereta akan seperti itu.
Aku berjalan menyusuri gerbong demi gerbong, mencari kursi yang masih kosong. Susah payah akhirnya kutemukan satu kursi yang belum terisi bersebelahan dengan seorang laki-laki seusiaku berpakaian kemeja rapi, berlapis jaket hitam yang tengah sibuk dengan handphonenya.
"Mas, kosong mas ? Boleh Saya duduk disitu ?" kataku menunjuk tempat disebelahnya yang kelihatan tidak berpenghuni.
"Iya mas, kosong kok. Silahkan aja."
Ia pun menggeser badannya sedikit, agar Aku bisa melewati nya dan duduk di kursi tersebut. Syukurlah masih dapat kursi, pikirku. Karena perjalanan dua jam tentu tidak akan menyenangkan apabila dilewati dengan berdiri.
"Sering Mas, naik kereta ini ?" kataku memulai obrolan basa basi.
"Wah, Saya tiap hari Mas. Senin sampe Jum'at malah. Hehehehe"
katanya menanggapi ramah obrolanku.
"Oiya Mas, kerja yah Mas di Medan ? Berarti tiap hari bangun pagi-pagi supaya bisa naik ini ?"
"Iya Mas, soalnya kalo naik Bis atau kendaraan pribadi takutnya macet di jalan. Bisa-bisa Saya terlambat."
"Oh, iya Mas benar. Kalo kena macet udah pasti terlambat tuh."
Jawabannya seolah mengamini pendapatku soal pilihanku untuk naik kereta pagi ini. Selanjutnya gantian Ia yang bertanya dan Aku yang menjawab. Lima belas menit terlibat obrolan, Kami pun memilih diam lalu hanyut dalam kesibukan masing-masing, pada akhirnya akupun tertidur.
Kereta api itu bernama Sri Lelawangsa, Kawan. Kereta api kelas ekonomi yang melayani perjalanan komuter dari Medan ke Binjai (PP) dan Medan ke Tebing Tinggi (PP). Kereta api ini menggunakan rangkaian KRDI (Kereta Real Diesel Indonesia) buatan PT. INKA dan diresmikan penggunannya sejak tahun 2010. Untuk rute ke Tebing Tinggi, kereta ini memiliki jadwal sebagai berikut :
Tebing Tinggi (05.35) - Medan (07.25)
Medan (18.57) - Tebing Tinggi (20.51)
Dengan jadwal waktu keberangkatan yang demikian, praktis Kereta Sri Lelawangsa menjadi andalan para pekerja-pekerja asal Tebing Tinggi yang bekerja di Medan. Tak seperti kereta ekonomi yang terkesan kotor dan kumuh, Sri Lelawangsa adalah kereta api ekonomi yang nyaman. Gerbong-gerbongnya full AC, kursi-kursinya putih bersih dan tertata unik tak seperti kereta ekonomi pada umumnya. Bahkan, lokomotifnya tersambung langsung dengan gerbongnya, sehingga ada dua lokomotif yang berada di gerbong paling depan dan belakang. Berfungsi sebagai lokomotif penarik saat pulang dan pergi pada masing-masing ujungnya.
Sehingga dengan keadaan kereta yang seperti ini, tak heran pagi-pagi buta sebelum matahari terbit mereka yang bekerja di Kota sebelah sudah berada di Stasiun dan ketika matahari telah terbenam barulah mereka bersiap untuk kembali ke Tebing Tinggi dengan kereta yang sama. Sri Lelawangsa menjadi alternatif kendaraan antar jemput bagi masyarakat Kota ini yang bekerja di Kota sebelah dan akhir pekan akan menjadi transportasi bagi masyarakat untuk melakukan perjalanan, entah itu sekedar plesiran ke Kota Medan ataupun hal-hal lainnya. Ah, menyenangkan.
Kalau jadwal sedang tak sibuk, sempatkanlah berkunjung. Kan kuajak Kau naik Sri Lelawangsa, Kawan !