Kan ! Sudah kuduga ! Kamu pasti mencibir kata-kata ku di dalam surat. Aku sedang membayangkan tawa keras dirimu begitu membaca surat ku. Menerima surat ku yang tiba-tiba itu saja pasti sudah membuatmu geleng-geleng kepala. Iya kan ?, sudah kubilang, Aku ini norak. Harusnya kamu terima - terima saja dong.
Aku sedang berteman dengan dingin malam saat membalas
suratmu ini. Tapi malam ini tidak ada kopi, aku agak malas bergerak untuk sekedar mengambil air panas
kemudian menyeduh kopi. Dudukku sedang dalam posisi nyaman, dan aku tidak rela
harus terusik, bahkan dengan hasrat akan segelas kopi. Tapi mungkin akan lain
kondisinya, jika yang menyeduhkan itu Kamu, tentu saja. Hehehe.
Aku memilih untuk menuliskan balasannya pada malam hari
ketika Teman – Teman ku yang lain sudah mulai tertidur. Karena, selain mereka
suka ingin tahu, aku juga memilih waktu yang tenang seperti ini sehingga sambil
aku berpikir-pikir tentang isi suratku, aku bisa melamunkan dirimu juga, termasuk
khayalan-khayalan liarku.
Oh tidak, tidak akan kuceritakan disini.
Ah, kamu masih saja menyindirku tentang apa yang ku
pertontonkan di Linimasa. Harus berapa kali kukatakan kepada mu, mereka tidak
akan pernah bisa mengetahuiku sepenuhnya. Mereka hanya bisa menduga-duga, dan
kau tahu ? Membuat orang menduga-duga diri kita itu mengasyikkan lho. Kamu saja
sampai sekarang masih belum sepenuhnya tahu aku. Banyaknya sih kamu cuma
menebak, ya kan ?. Sudahlah, tahu apa mereka tentang kita. Ini hidup kita, ini
film kita, mereka hanya penonton kok.
Jadi sekarang kamu sudah tidak mendengarkan musik-musik
Sigur Ros lagi ? Sayang sekali, tapi tak apa aku akan berusaha merekam lagu
pesananmu ketika Konser mereka nanti, itu juga kalau aku menemukan Teman yang
pas untuk nonton. Terus kenapa memilih meminta ku untuk merekam Agaetis Byurjun
? Pasti ada cerita dibelakangnya, dan kamu belum menceritakan kepadaku. Kamu
hutang satu cerita di surat berikutnya, kalau begitu.
Agak lucu yah sebenarnya cara kita berkomunikasi sekarang
ini, disaat teknologi komunikasi semakin maju, kita malah ingin kembali
berkomunikasi lewat cara yang lama,
dengan berkirim surat. dan kamu malah benar-benar menanggapi sepenuh hati isi
surat ngaco yang sebelumnya kukirim, malah berjanji untuk melanjutkan surat-suratan
ini sampai sebulan ke depan. Tapi baiklah karena tidak ada keberatan diantara
kita berdua, Aku pun setuju.
Memang benar rupanya, ada hal-hal yang tak bisa tergantikan
dari menerima kabar lewat surat, seperti menahan rindu dengan setia menunggu
Pak Pos membawa surat, ataupun perasaan kelewat riang dan tidak sabar untuk
segera menyobek amplop dan membaca isi surat tsb, ketika sudah sampai ke
tangan. Aku pun merasakan itu. Mungkin orang tua kita pun dulu demikian.
Yang ini harus kuberitahu kepadamu, di Lombok kemarin aku
mendapat Sunset yang bagus sekali, dan bersama surat ini juga kukirimkan hasil
foto ku. Soalnya aku tau, kau itu pecinta senja garda depan. Dan aku pastikan
foto hasil jepretan matahari terbenam ini pasti kau suka.
Pantai Cemara, Lombok Barat. - Bagaimana ? Kau suka pantulan sinar nya ? - |
Ngomong- ngomong, tentang laki-laki yang kamu katakan di surat balasan itu,
ada baiknya untuk mengenalnya terlebih dahulu. Aku tau kamu itu gampang
tertawan. Tapi saran dari ku, Kenali
terlebih dahulu dia, pelajari ibadahnya. Karena sesungguhmya, Lelaki yang akan
menjadi Pendampingmu kelak, haruslah benar-benar bisa menjadi teladan, tidak
hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga bagi keluarganya. Aku tak mau melihat
kamu gegabah, dan berakhir dengan berlinang air mata sama seperti di Bandung
dulu.
Ada kegiatan yang tak bisa kulewatkan esok hari, dan aku tak
ingin terlambat. Segitu dulu yah suratku. Di suratmu yang selanjutnya aku mau
mendengar cerita yang bagus darimu.
Berusaha tampak keren bagimu,
Aku
Be First to Post Comment !
Post a Comment