Top Social

superarmz - Cerita Kota dan Perjalanan

bercerita tentang kota dan catatan perjalanan

Thursday, January 31, 2013

Namanya Serupa Angin


 Untuk Adik ku, Bayu Alamsyah.

Namanya serupa angin. Dan ketika Aku mulai berbicara tentangnya, maka semangat ku pun layaknya angin yang bertiup menjanjikan. Yang diidam-idamkan para pemain layang-layang. Mulutnya kecil, tapi Aku selalu tahu dari situ biasanya keluar ocehan-ocehan lucu, tak jarang teriakan-teriakan kalau kebetulan sedang kesal, atau Aku yang membuatnya kesal.

Saat bersamanya, Aku selalu jadi idola. Dia akan banyak bercerita soal apapun kepadaku, kemudian menanyakan hal-hal apa saja yang telah kulakukan saat tak sedang bersamanya. Dan hal-hal apa yang mungkin akan kami lakukan, ketika Aku bersamanya.

Begitu Aku ada di dekatnya, dia mendadak manja. Aku yang harus selalu mengantarkan nya untuk pergi ke sekolah, begitupun ketika jam pulang. Dia mau Aku yang menjemputnya. Begitu pula ketika sore hari, harus ada waktu untuk kami berdua berkeliling kampung. Entah itu dengan Vespa kesayangan Bapak, ataupun dengan sepeda kami masing-masing. Semua nya harus denganku.

Ketika nakalnya sedang datang, entah itu karena keinginannya yang tidak terpenuhi atau ada yang mengganggu pikirannnya barangkali. Dia akan mulai merengek dan marah-marah kepada siapa saja. Dan saat Ibu Bapak sudah tidak sanggup untuk mendiamkannya, mereka pun tahu harus dimintai tolong siapa. Akulah, Akulah yang selalu bisa membujuknya untuk kembali tenang. Ini terjadi sampai sekarang malah. Maka seringkali kudapati diriku ditelpon Ibu untuk menyuruh menasehati atau membujuknya melalui telepon. Ah, Aku menyukai bagian ini.

Maka saat ku telepon keluarga untuk menanyakan kabar, Aku pun tak lupa untuk meminta waktu untuk ngobrol berdua dengannya, membunuh rindu dengan  sekedar mendengarkan suara nyaringnya, atau bertanya tentang PR  yang sudah dikerjakannya apa belum. Dan antusias nya selalu sama saat Ibu setengah berteriak memanggil namanya, bahwa ada telepon dariku untuknya. Aku bisa mendengar dari langkah kakinya yang dipercepat dari tempatnya berada menuju Ibu.   

Dan segera sajalah setelah itu, kami akan bercerita satu sama lain. Terkadang Aku tertawa mendengar keluhan-keluhan kecil darinya tentang apa  saja. Sekolahnya, teman-temannya, gurunya, atau bagaimana dia sampai kalah bermain kelereng. Sampai kemudian selesai dan Dia pun kembali ke tempatnya, telepon pun berpindah tangan ke anggota keluarga lainnya.

Tubuhnya sedikit  gempal dengan tinggi yang lebih dibanding teman-teman seusianya. Meskipun sediki gemuk, tapi bukan berarti dia bergerak lambat. Dia selalu berlari kesana-kemari. Nah, ini bagian favorit ku, Dia rajin membantu Bapak dibanding Abangnya yang satunya lagi. Hal ini diakui oleh Bapak sendiri,  disela-sela percakapannya di telepon dengan ku.

Besok sudah Februari, satu sampai dua bulan lagi Aku akan bertemu lagi Dia. Serupa angin sehabis hujan, pelan-pelan dan dengan sabar Aku menunggu sampai waktu itu tiba.


"Ingatlah ini Adikku, Abangmu ini, memang bukan Abang juara satu di dunia, tapi selalu berusaha yang terbaik untuk Adik-Adiknya."


1 comment on "Namanya Serupa Angin"
  1. aku suka banget paragraf paling bawah, itu menyemangati dan cintanya kental banget

    terima kasih sudah selalu setia menulis. Semoga suatu hari ada yang menulisimu surat cinta terbaik ya.


    salam
    ikavuje

    ReplyDelete