Top Social

superarmz - Cerita Kota dan Perjalanan

bercerita tentang kota dan catatan perjalanan

Featured Posts Slider

Image Slider

Thursday, January 31, 2013

Namanya Serupa Angin


 Untuk Adik ku, Bayu Alamsyah.

Namanya serupa angin. Dan ketika Aku mulai berbicara tentangnya, maka semangat ku pun layaknya angin yang bertiup menjanjikan. Yang diidam-idamkan para pemain layang-layang. Mulutnya kecil, tapi Aku selalu tahu dari situ biasanya keluar ocehan-ocehan lucu, tak jarang teriakan-teriakan kalau kebetulan sedang kesal, atau Aku yang membuatnya kesal.

Saat bersamanya, Aku selalu jadi idola. Dia akan banyak bercerita soal apapun kepadaku, kemudian menanyakan hal-hal apa saja yang telah kulakukan saat tak sedang bersamanya. Dan hal-hal apa yang mungkin akan kami lakukan, ketika Aku bersamanya.

Begitu Aku ada di dekatnya, dia mendadak manja. Aku yang harus selalu mengantarkan nya untuk pergi ke sekolah, begitupun ketika jam pulang. Dia mau Aku yang menjemputnya. Begitu pula ketika sore hari, harus ada waktu untuk kami berdua berkeliling kampung. Entah itu dengan Vespa kesayangan Bapak, ataupun dengan sepeda kami masing-masing. Semua nya harus denganku.

Ketika nakalnya sedang datang, entah itu karena keinginannya yang tidak terpenuhi atau ada yang mengganggu pikirannnya barangkali. Dia akan mulai merengek dan marah-marah kepada siapa saja. Dan saat Ibu Bapak sudah tidak sanggup untuk mendiamkannya, mereka pun tahu harus dimintai tolong siapa. Akulah, Akulah yang selalu bisa membujuknya untuk kembali tenang. Ini terjadi sampai sekarang malah. Maka seringkali kudapati diriku ditelpon Ibu untuk menyuruh menasehati atau membujuknya melalui telepon. Ah, Aku menyukai bagian ini.

Maka saat ku telepon keluarga untuk menanyakan kabar, Aku pun tak lupa untuk meminta waktu untuk ngobrol berdua dengannya, membunuh rindu dengan  sekedar mendengarkan suara nyaringnya, atau bertanya tentang PR  yang sudah dikerjakannya apa belum. Dan antusias nya selalu sama saat Ibu setengah berteriak memanggil namanya, bahwa ada telepon dariku untuknya. Aku bisa mendengar dari langkah kakinya yang dipercepat dari tempatnya berada menuju Ibu.   

Dan segera sajalah setelah itu, kami akan bercerita satu sama lain. Terkadang Aku tertawa mendengar keluhan-keluhan kecil darinya tentang apa  saja. Sekolahnya, teman-temannya, gurunya, atau bagaimana dia sampai kalah bermain kelereng. Sampai kemudian selesai dan Dia pun kembali ke tempatnya, telepon pun berpindah tangan ke anggota keluarga lainnya.

Tubuhnya sedikit  gempal dengan tinggi yang lebih dibanding teman-teman seusianya. Meskipun sediki gemuk, tapi bukan berarti dia bergerak lambat. Dia selalu berlari kesana-kemari. Nah, ini bagian favorit ku, Dia rajin membantu Bapak dibanding Abangnya yang satunya lagi. Hal ini diakui oleh Bapak sendiri,  disela-sela percakapannya di telepon dengan ku.

Besok sudah Februari, satu sampai dua bulan lagi Aku akan bertemu lagi Dia. Serupa angin sehabis hujan, pelan-pelan dan dengan sabar Aku menunggu sampai waktu itu tiba.


"Ingatlah ini Adikku, Abangmu ini, memang bukan Abang juara satu di dunia, tapi selalu berusaha yang terbaik untuk Adik-Adiknya."


Tuesday, January 29, 2013

Ah, Tebing Tinggi....


Sore kelabu, di depan meja belajar, termangu. Postcards From Far Away dari Coldplay terputar secara acak. Dentingan lembut piano terlantun perlahan, memabukkan.

Pelan tapi pasti terbuai, melamun. Mengingatnya.

Cerita disana, kenangan yang tercipta. Suka duka, haru biru, perasaan yang tak tersampaikan, luka yang tak terobati, janji yang tak ditepati, gelak tawa yang tak berhenti, hangat pelukan orang-orang terkasih.

Ada rindu yang menggebu.
Saturday, January 26, 2013

Diriku : III


Hai Kau,

Alhamdulillah, Akhirnya Aku sekarang sudah bisa bernafas lega melihat keadaan mu yang semakin membaik. Setelah 2 hari yaang berat kemarin aku tak henti-hentinya berdoa untuk kesembuhan mu. Kau tak tahu, kau hanya tertidur di bawah selimut.

Aku tak kuasa meninggalkan mu seorang diri dalam keadaan sakit begitu. Jadi kuputuskan untuk menjagamu, sampai kaubisa sehat kembali seperti sediakala. Kau bolos kuliah 2 hari karenanya tapi tak apa, sudah Ku beritahu kepada Teman-Temanmu bahwa Kau sedang sakit, sehingga kemungkinan tidak akan masuk sampai akhir minggu. Sudah tak usah kaupikirkan itu, tugas-tugasmu sudah kukerjakan kok, ada yang Ku titipkan ke Temanmu juga jadi tenang sajalah.

Kau sudah dengar apa kata Dokter kemarin kan ? Dia bilang Kau itu kurang Vitamin. Kemana saja sih kauhabiskan uang gajimu. Gaji mu berkecukupan, tapi kenapa sih Kau membeli Vitamin saja susah. Kau selalu saja begini, untuk kesehatan Kau seringkali mengabaikannya. Begitu Kau sakit, barulah Aku yang kembali harus merepotkan diri. Pekerjaan Kita bukan cuma ini tau, percayalah kalau Kau sehat tentunya biaya pengobatan mu saat ini bisa jadi tabungan Kita, ah sudahlah. Ingat kata Dokter juga, Kau itu harus sering minum air putih, Kau pasti sering lupa kan kalau Aku tidak mengingatkan ? Ayolaaaahhh.. Kau ini sudah dewasa, Februari nanti sudah 21 Tahun. Mandiri yah, Ok ?

Aku sengaja tidak cerita ke Mama Kau sakit kemarin. Menghubungi nya lewat sms pun tidak, karena begitu Ku sms, Mama pasti akan menelpon balik. Dan begitu telpon Kau angkat, Mama mendapati suaramu yang tiba-tiba serak karena sakit, Mama pasti tau ada yang sedang tidak beres denganmu. Aku tak mau Mama jadi kepikiran karena Kau sakit. Tak apa-apa yah ? Biar aku saja yang merawatmu.

Sebelum Kau sakit kemaren kan Kita sempat menelpon Mama. Mama bilang keluarga baik-baik aja kok, cuma mungkin Papa yang kurang sehat. Kalau Agung dan Bayu pastilah sehat selalu. Kenapa ? Kau rindu Papa Mama ? Adek-Adek kita. Nanti kita telpon mereka yah. Tapi pastikan dahulu Kau sudah benar-benar sehat, sehingga mereka tidak akan curiga dengan suaramu. Aku juga mau menyurati masing-masing dari mereka sih, ah mereka memang keluarga juara satu. Sabar..... tunggu Kau sehat dulu. Kita bersama-sama Ok ?

Janji yah setelah sembuh kali ini, Kau mau lebih menghargai Aku. Menuruti semua saran-saranku. Aku memang kuat tapi Kau tidak. Aku ini jiwamu, Kau itu ragaku. Walaupun Aku selalu bersemangat, tapi Kau juga butuh istirahat. Jangan selalu memaksa mengikuti inginmu. Kita ini satu, Aku dan Kau. Tak bisa dipisahkan, saling menjaga oke. 



Dirimu yang paling Kau sayang,



Aku.

Tuesday, January 22, 2013

An Express Letter to @owlcity

Hi, Adam Young. Thank you for making the good songs. Thank you for making the good lyrics too. Now, I'm not in good condition to tell you a lot and definitely in a hurry when I write this letter, so If only I can I will send my next letter to you. If you have a time to read this little letter, make sure you enjoy it. Thank you for everything.  And too bad, I'm just say "Thank you" to you. Hahaha





Warm Regards,



Ary
Monday, January 21, 2013

Diriku : II

Kan..., inilah yang ku takutkan. Kau kenapa ? Kau sakit yah ? Kuperhatikan hari ini kau tidak bersemangat sekali. Kau yang biasanya selalu bersemangat di kelas, hari ini mengapa jadi pendiam?. 

Di tempat makan tadi pun ku lihat kau tidak menghabiskan ayam gulai mu. Nasi pun kau biarkan bersisa. Sini dekat biar aku periksa. 

Hmmm.... Kau meriang, kau habis kemana kemarin ? Sudah tau kurang tidur, malah siangnya pergi bermain sampai sore. Kau pikir kau ini robot apa ? Gitu ?. Lihat akibatnya, perkuliahan siang ini pun tak dapat kau ikuti. Harus bagaimana lagi diriku mengingatkanmu. Dasar, kau bandel sekali !!!.

Diriku, sudah minum obatmu sana segera, kemudian tarik selimutmu, segeralah istirahat. Ingat, tidur yah ! Tidak ada kegiatan lain hari ini pokoknya, kau tidur.  Apapun ceritanya kau harus sudah sembuh besok. Aku tidak mau kau bolos lagi. Oke ? 
Sunday, January 20, 2013

Diriku : I


Diriku, kenapa dengan mu hari ini. Kau terlihat tidak bersemangat sekali. Kau begadang lagi yah tadi malam ? Kan sudah kuingatkan, jangan terlalu sering begadang. Apalagi jika kegiatan mu sangat padat seharian.

Ayolah kasihanilah tubuhmu, sayangilah ia. Kau sudah dewasa kan, seharusnya tidak perlu aku mengatakan ini berulang-ulang. Kau sendirilah seharusnya lebih menyadari pentingnya istirahat yang cukup. Tolong dikurangi begadang nya yah ? Aku tidak ingin kau sakit lho.

Maaf, aku sedang terburu-buru sekarang.  Padahal masih banyak hal lain yang ingin kusampaikan padamu. Ingatkan kembali yah, kalau kita sedang santai. Aku pergi dulu.





Yang menyayangimu selalu.

Aku.


Saturday, January 19, 2013

Aku, Angin & Matahari Pagi Ini



Matahari pagi ini cerah, tidak seperti biasa. Ada sedikit angin yang berhembus yang kemudian membawaku pelan-pelan pada ingatan itu. Pada ingatan dimana aku dengan susah payah berjuang untuk melupakanmu. Melupakan sosokmu, melupakan kehadiranmu.

Aku pun tahu saat itu kau berusaha mati-matian menepis bayanganku, karena mengerti kita tak bisa bahagia. Walaupun sulit, tapi ku tahu kau berusaha, karena aku pun demikian. Aku tahu, kau tahu, kita berdua pun tahu. Tidak ada yang lebih sakit dari rasa sayang yang teramat tapi tak bisa bersama. Tak ada yang lebih menyedihkan cinta yang tak direstui.

Masih terekam jelas dalam kenangan, cerita-cerita kita, obrolan-obrolan kita, semua harapan dan mimpi yang kita bagi, yang pernah kita yakini dan percayai. Di bawah temaram lampu-lampu, di salah satu bangku di taman kota, tempat favorit kita selalu dengan teh hangat dan kacang rebus, kita arungi malam berdua.

Sudah sepuluh Tahun sejak saat itu hingga hari ini. Aku tak pernah lagi bertemu denganmu. Aku tak pernah mendengar keberadaanmu. Mungkin kau telah melupakan ku dan aku pun kini telah melupakanmu, tak pernah kucoba mencari tahu. 

Matahari pagi  ini semakin cerah, aku pun harus beranjak. Bersama semilir angin yang lembut kukirimkan doa ku untukmu. Semoga kau baik-baik saja dimanapun dan dengan siapapun kau sekarang.

Friday, January 18, 2013

Kepada Si Pemberi Kehangatan


Halo, Kamu

Begitu membaca bait pertama suratmu, aku tahu kamu sedang berada di puncak kegembiraan mu tentunya kemarin kan ? Apalagi aku mengirimu surat, tepat di hari bertambahnya usia mu. Sudah  kubilang kepadamu, aku tahu benar cara membahagiakan dirimu. Maaf kali ini aku tak bisa mengirimi apa-apa sebagai kado untukmu, selain karena sudah mulai memasuki pertengahan bulan, aku juga sedang banyak keperluan yang harus segera kupenuhi.

Tapi tetap selalu kudoakan hal-hal baik untukmu kok, termasuk kesulitan sinyal dan air galon mu itu. Dan oh yah, kemarin mention ucapan ulang tahun dari ku, masuk kan ? Terakhir ku cek, kamu meretweet ucapan dari ku pertama kali, walaupun mungkin bukan aku yang pertama mengucapkan. Terima kasih.

Aku pun merasa senang ketika tahu kamu menyukai foto yang kukirim untukmu. Bolehlah di pajang di kamarmu, sebagai obat rindu mu sewaktu-waktu, jika berkenan. Sambil menunggu, kamu mencari-cari foto tandingannya kelak nanti. Hahaha.

Sudah kubilang, tak akan kuceritakan apa saja khayalan-khayalan ku. Itu kan rahasia ku. Biarlah, aku saja yang menikmati. Ada kebahagiaan tersendiri bukan, jika kita sedang berkhayal tentang sesuatu, apalagi itu cuma dengan diri sendiri. Kamu saja sering begitu, banyak kan khayalan mu yang juga enggan kamu bagi denganku. Aku pun tak mau kalah. Hahaha.

Ah, Perempuan.... mungkin untuk sekarang, aku sepertinya masih sama sepertimu. Masih sedang menikmati masa-masa kesendirian ini. Masih berusaha menyenangkan diri sendiri dan orang-orang di sekitarku.  Nanti-nantilah itu kalau masalah begitu, kita toh tidak sedang terburu-buru bukan ?

Ngomong-ngomong, Aku jarang berkendara sekarang. Aku lebih suka menghabiskan waktu dengan duduk diam dan membaca sambil mendengarkan musik, belakangan ini. Di usia ku yang sekarang, sepertinya sudah bukan masanya lagi untuk berkendara kesana kesini untuk hal-hal yang tidak jelas.  Ah masa seperti itu sudah lampau sepertinya bagiku. Kalaupun ingin berjalan biasanya aku lebih suka menggunakan transportasi umum. Disini, Damri masih menjadi favoritku dengan semua kenangan yang pernah tercipta di dalamnya, tentu saja.

Kulihat di kalender bulan ini, sekedar mengingatkan akan ada long weekend di minggu ke tiga.  Jadi bagaimana ? Apakah kau sudah menyiapkan rencana liburanmu ? Ayo segera rencanakan. Jangan terlalu memaksa di depan meja kerjamu. Aku tahu pekerjaan mu pasti banyak. Kudengar, kau ditempatkan di bagian yang sibuk Tahun ini, bukan begitu ? Kalau begitu datang saatnya liburan nanti, manjakan dirimu dengan berkeliling pulau, atau melihat sisi lain pulau mungkin. Kau bilang kau mau menyaingi foto Sunset ku, ayo berburu. Ingat yah, jangan cuma berdiam diri di kamarmu. Aku tak mau.

Kau tahu, udara disini relatif dingin ketimbang di tempatmu sana. Belakangan, ada kehangatan yang memancar dari dalam diriku, setiap kali kuterima surat baru darimu. Terima kasih untuk balasan-balasan surat nya. Jangan bosan bercerita.





                                                                                       Penerima kehangatan atas goresan kata-katamu



                                                                                                                                                Aku
Thursday, January 17, 2013

Surat Untuk Masa Depan



Selamat Malam, Masa Depan. Apa kabar dirimu ? Sehat – sehat saja atau bagaimana ? Eh tapi kau kan belum mengenal ku, hahaha. Pede sekali aku langsung menyapamu. Maaf yah atas surat ku yang mendadak ini. Ditambah lagi, kau pasti langsung bertanya-tanya siapa orang yang sok kenal sok dekat ini. Baiklah akan ku perkenalkan diriku.

Namaku Bayu, kata Bapakku itu artinya angin. Tidak pernah kutanyakan kenapa Bapakku menamai ku seperti itu dan tidak pernah juga ku coba cari tahu sendiri. Sudahlah, itu sekarang tak penting. Yang penting kau sudah tahu namaku dan itu sudah cukup bagiku.

Masa Depan, aku ini orang nya jarang sekali penasaran. Aku cenderung menikmati hari-hariku yang sekarang,  sehingga biasanya aku tak pernah terlalu repot mencari-cari tahu bagaimana kelak kehidupanku di masa mu. Bagaimana nanti jodohku, bagaimana nanti keluargaku, karier dan hubungan ku dengan orang sekitar. Tapi entah kenapa seharian ini, beberapa hal itu mengusik pikiranku, aku juga tak tahu kenapa bisa begitu hingga akhirnya membuatku penasaran. Apa mungkin karena usiaku yang semakin bertambah atau mungkin karena ku melihat banyak teman-temanku yang sudah berkeluarga, entahlah.  Aku bertanya – tanya kepada teman – teman ku, siapa yang bisa membantu ku untuk menjawabnya dan mereka semua sepakat mengusulkan namamu. Makanya kuberanikan diri menulis surat kepadamu, entah ini keputusan benar atau salah. Apapun nanti jawaban darimu, kuharap aku terpuaskan. Maka kutanyakanlah hal ini padamu.

Pertama akan kutanyakan kepadamu perihal jodohkku. Tidak apa-apakan ? Aku sedikit buru-buru soalnya, semoga kau tak marah. Bagaimana kah ia kelak ? cantikkah ? Mampu kah dia mengerti aku ? Mengerti dengan pekerjaan ku ? Enakkah masakan nya ? Bisa kah dia merawat anak-anakku dengan baik ? Bersabar kah dia menghadapi kelakuan ku, emosi ku mungkin yang kadang-kadang suka naik turun ? Ah kuharap jawaban mu memuaskan ku.

Selanjutnya aku akan kutanyakan padamu tentang keluargaku. Anak pertamaku nanti laki-laki atau perempuan ? Bagaimanakah rupanya ? Anak kedua ku ? Ketiga ? apakah mereka semua disusukan oleh istriku, atau malah minum susu bubuk ? Sayangkah mereka kepada orng tuanya ? Pintarkah mereka ? Apakah kebutuhan mereka sanggup kucukupi ? Akankah mereka menjadi anak-anak yang sholeh ? Sayangkah mereka dengan kakek dan neneknya ? Keluarga ku sendiri bagaimana ? Harmoniskah keluarga ku ? Seringkah kami makan malam bersama dirumah, atau malah sibuk dengan kegiatan dan pekerjaan masing-masing sampai malam ? Tolong bagian ini, dijawab semua sejelas-jelasnya yah.

Dan yang terakhir, adalah tentang karier dan hubunganku dengan orang sekitar. Tenang saja ini takkan banyak kok. Langsung saja yah. Karierku nanti bagaimana? Baikkah atau hanya biasa saja atau malah jelek ? Komitmen kah aku dalam bekerja ? Prestasi ku bagaimana ? Orang-orang disekitarku berpikiran bagaimana ? Apakah mereka mencibirku atau malah mendukungku ? Teman-teman ku ? Masihkah mereka seperti sekarang ini, kelak ? Apa mereka ramah atau malah sebagian sombong atau ada yang pura-pura sudah tidak kenal lagi mungkin ? Atau malah aku yang menjauh dari mereka, buang muka ketika ada mereka ? Semoga kudapatkan jawaban yang memuaskan hatiku.

Sudah, itu saja kok pertanyaanku, Masa Depan. Tidak terlalu lama menyita waktumu bukan, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan gampang macam itu ? Oiya, Masa Depan, pesanku setelah kau menjawabnya nanti. Jangan langsung dituliskan dalam bentuk tulisan utuh yah. Aku agak malas kalau membaca surat panjang-panjang. Bagi saja kedalam potongan-potongan kecil. Biar nanti aku bisa membacanya ketika waktu senggang saja. Terima Kasih, Masa Depan.




Yang tiba-tiba penasaran.


                                                                                                                                                                
Aku
Wednesday, January 16, 2013

Kau Yang Mencintai Ku Mati-matian




Kau yang mencintai ku mati-matian.

Seharusnya aku tidak perlu menulis surat ini, karena ketika kau pada akhirnya tahu lalu membacanya hanya akan kembali membuka luka yang telah kau keringkan dengan susah payah. Membuka kembali semua kenangan-kenangan yang kau anggap manis denganku, padahal aku menganggapnya biasa saja.

Tapi Aku tidak pernah terlalu tega untuk merusak segala bayangan mu tentang diriku, semua mimpimu bersama diriku, semua anganmu denganku. Ah aku tidak kuasa untuk berbuat demikian. Karena kutahu kau tidak pernah jatuh sebegitu dalam pada seseorang sebelumnya. Dan disaat paling pertama itu, aku tidak ingin mematahkan bayanganmu soal cinta. Tentang perasaanmu itu. Aku tidak ingin kau membenci cinta, lalu merutuki.

Kau yang mencintai ku mati-matian.

Seharusnya aku tidak perlu memikirkan mu susah-susah saat ini, karena kutahu sekarang kau pasti sedang makan malam dengan penuh kehangatan bersama keluargamu. Sementara aku menulis surat ini berteman dingin sambil berusaha mengingat- ingat sisa kenangan ketika kita bersama. Tapi tak mengapa, aku sedang menikmatinya. Kau berharap lebih padaku, tapi aku tak pernah bisa memberi. Karena cinta yang bisa kuberi saat itu hanyalah layaknya cinta seorang Teman kepada Teman yang satunya.

Tapi Aku tak pernah sekalipun berniat  merusak hari mu saat sedang bersamaku, dengan berkata terang-terangan kepadamu. Bahwa aku tidak memiliki rasa selayaknya dirimu, saat ku lihat kau sudah mulai bertingkah kelewat batas. Aku tidak pernah sanggup melihat Teman ku meneteskan air mata nya karena ku. Karena Keegoisan ku. Aku tidak ingin kau ketakutan dengan cinta, lalu menyendiri.

Kau yang mencintai ku mati-matian

Seharusnya kau tak perlu merasakan luka itu sendirian. Bilamana cinta datang tidak sesulit ini. Ketika ia datang kepadamu lalu kepadaku. Dan semua kebersamaan ini tentu tidak hanya tinggal kenangan. Semua akan berakhir seperti akhir dari novel-novel remaja kebanyakan. Kedua tokoh utamanya akhirnya menikah dan hidup bahagia. Tidak serumit ini.

Tapi Aku  sendiri pun tak akan pernah mengerti akan hal ini. Bahwa kita tidak pernah tau kapan cinta itu datang. Kita tidak pernah mengerti kepada siapa kita akan mencinta. Aku pun tak punya kuasa melarangmu untuk jatuh cinta, sekalipun itu dengan diriku sendiri. Aku tak mau kau terkhianati oleh cinta, kemudian berlari.    

Kau yang mencintai ku mati-matian.

Maaf atas kelancangan ku menulis surat ini. Saat ini semua kutulis, kita sudah tidak pernah saling berhubungan lagi. Kau memilih untuk menjauh dariku, mengeringkan luka hati mu  yang kusebabkan tanpa aku sendiri pernah berkeinginan untuk melukainya. Mungkin telah kau temukan obat terbaiknya dari dalam dirimu sendiri, berdamai dengan perasaanmu atau malah kau temukan di tempat lain, di orang yang lain. Kau pergi.





Yang tiba-tiba terpikir tentangmu,




Aku

Heh Kamu !



Kan ! Sudah kuduga ! Kamu pasti mencibir kata-kata ku di dalam surat. Aku sedang membayangkan tawa keras dirimu begitu membaca surat ku. Menerima surat ku yang tiba-tiba itu saja pasti sudah membuatmu geleng-geleng kepala. Iya kan ?, sudah kubilang, Aku ini norak. Harusnya kamu terima - terima saja dong.

Aku sedang berteman dengan dingin malam saat membalas suratmu ini. Tapi malam ini tidak ada kopi, aku agak malas bergerak  untuk  sekedar mengambil air panas kemudian menyeduh kopi. Dudukku sedang dalam posisi nyaman, dan aku tidak rela harus terusik, bahkan dengan hasrat akan segelas kopi. Tapi mungkin akan lain kondisinya, jika yang menyeduhkan itu Kamu, tentu saja. Hehehe.

Aku memilih untuk menuliskan balasannya pada malam hari ketika Teman – Teman ku yang lain sudah mulai tertidur. Karena, selain mereka suka ingin tahu, aku juga memilih waktu yang tenang seperti ini sehingga sambil aku berpikir-pikir tentang isi suratku, aku bisa melamunkan dirimu juga, termasuk khayalan-khayalan liarku. 

Oh tidak, tidak akan kuceritakan disini.

Ah, kamu masih saja menyindirku tentang apa yang ku pertontonkan di Linimasa. Harus berapa kali kukatakan kepada mu, mereka tidak akan pernah bisa mengetahuiku sepenuhnya. Mereka hanya bisa menduga-duga, dan kau tahu ? Membuat orang menduga-duga diri kita itu mengasyikkan lho. Kamu saja sampai sekarang masih belum sepenuhnya tahu aku. Banyaknya sih kamu cuma menebak, ya kan ?. Sudahlah, tahu apa mereka tentang kita. Ini hidup kita, ini film kita, mereka hanya penonton kok.

Jadi sekarang kamu sudah tidak mendengarkan musik-musik Sigur Ros lagi ? Sayang sekali, tapi tak apa aku akan berusaha merekam lagu pesananmu ketika Konser mereka nanti, itu juga kalau aku menemukan Teman yang pas untuk nonton. Terus kenapa memilih meminta ku untuk merekam Agaetis Byurjun ? Pasti ada cerita dibelakangnya, dan kamu belum menceritakan kepadaku. Kamu hutang satu cerita di surat berikutnya, kalau begitu.

Agak lucu yah sebenarnya cara kita berkomunikasi sekarang ini, disaat teknologi komunikasi semakin maju, kita malah ingin kembali berkomunikasi lewat cara  yang lama, dengan berkirim surat. dan kamu malah benar-benar menanggapi sepenuh hati isi surat ngaco yang sebelumnya kukirim, malah berjanji untuk melanjutkan surat-suratan ini sampai sebulan ke depan. Tapi baiklah karena tidak ada keberatan diantara kita berdua, Aku pun setuju. 

Memang benar rupanya, ada hal-hal yang tak bisa tergantikan dari menerima kabar lewat surat, seperti menahan rindu dengan setia menunggu Pak Pos membawa surat, ataupun perasaan kelewat riang dan tidak sabar untuk segera menyobek amplop dan membaca isi surat tsb, ketika sudah sampai ke tangan. Aku pun merasakan itu. Mungkin orang tua kita pun dulu demikian.

Yang ini harus kuberitahu kepadamu, di Lombok kemarin aku mendapat Sunset yang bagus sekali, dan bersama surat ini juga kukirimkan hasil foto ku. Soalnya aku tau, kau itu pecinta senja garda depan. Dan aku pastikan foto hasil jepretan matahari terbenam ini pasti kau suka.


Pantai Cemara, Lombok Barat. - Bagaimana ? Kau suka pantulan sinar nya ? -


Ngomong- ngomong, tentang laki-laki yang kamu katakan di surat balasan itu, ada baiknya untuk mengenalnya terlebih dahulu. Aku tau kamu itu gampang tertawan.  Tapi saran dari ku, Kenali terlebih dahulu dia, pelajari ibadahnya. Karena sesungguhmya, Lelaki yang akan menjadi Pendampingmu kelak, haruslah benar-benar bisa menjadi teladan, tidak hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga bagi keluarganya. Aku tak mau melihat kamu gegabah, dan berakhir dengan berlinang air mata sama seperti di Bandung dulu.

Ada kegiatan yang tak bisa kulewatkan esok hari, dan aku tak ingin terlambat. Segitu dulu yah suratku. Di suratmu yang selanjutnya aku mau mendengar cerita yang bagus darimu.



Berusaha tampak keren bagimu,



Aku